Dawet Jabung Ponorogo
Emang enak yaw kalau kita punya kampung halaman yang mempunyai makanan yang khas. Tapi tentunya setiap daerah memiliki makanas khas tersendiri dan itu semuanya belum ada orang yang tau.
Waktu aku berkunjung ke kampung halaman tepatnya di Kota REOG yakni Ponorogo, aku ingat makanan khas sana. Mungkin yang dikenal yakni Sate Ponorogonya yang kebanyakan sudah dikenal orang Sate Ayam dengan bumbu yang sudah diracik lain dari pada yang lain sudah menjadi khas Ponorogo. Kini tak ketinggalan yakni Dawet Jabung.
Dawetnya sendiri terbuat dari tepung aren yang kemudian dibentuk seperti bentuk dawet umumnya. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren dan sedikit garam. Untuk memperkaya rasa, maka biasanya ditambahkan tape ketan dan irisan buah nangka. Semuanya dimasukkan salam satu mangkok kecil dan ditambah dengan es batu. Ehmm…Mak Nyusss dech.
dawet slain rasanya yang khas juga ngangenin,,, itu katanya, aku berani ngomong begitu karena aku pernah bertemu orang yang pernah hidup di ponorogo sekitar 7 tahun, dia waktu belajar kalau jajan paling suka dengan yang namanya dawet, dia juga bilang pada saat itu harganya masih murah pakek buanget ( lebay dikit) ya sekitar Rp 25, itu sebelum tahun 1990.. aku ajaj belum lahir,
dawet slain rasanya yang khas juga ngangenin,,, itu katanya, aku berani ngomong begitu karena aku pernah bertemu orang yang pernah hidup di ponorogo sekitar 7 tahun, dia waktu belajar kalau jajan paling suka dengan yang namanya dawet, dia juga bilang pada saat itu harganya masih murah pakek buanget ( lebay dikit) ya sekitar Rp 25, itu sebelum tahun 1990.. aku ajaj belum lahir,
Dawet ini sangat enak sekali, bisa dinikmati dalam berbagai suasana. Untuk harga dawet ini dibilang cukup murah. Dan tidak hanya dawet saja yang dihidangkan, jajanan gorenganpun siap saji. Seperti contoh pisang goreng, tempe goreng dll. Harga juga dibilang murah. Wahh….pasti ketagihan dech kalau sudah menikmatinnya. Aku aja ketagihan hehehehehe…..
Tapi..untuk mencari dawet jabung tidak disembarang tempat, hanya tempat tertentu saja yakni di desa Jabung sebelah selatan dari Alon-alon deket Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo.
Jenang mirah
Asal mula nama Jenang Mirah dari nama ibu yang membikin jenang yaitu ibu Mirah. Karena waktu itu orang mengetahui produk dari nama pembuatnya. Sehingga sampai sekarang pun nama tersebut menyatu dengan makanan Khas Ponorogo yaitu Jenang Mirah / Jenang bikinan ibu Mirah Oleh oleh Khas Ponorogo Jenang Mirah sejak 1955. Josari - Jetis - Ponorogo - Jawa Timur - Indonesia telp. 0352 311800. Merupakan makanan khas ponorogo yang dibuat dari bahan bahan asli yaitu beras ketan, gula kelapa dan santan buah kelapa, tanpa bahan pengawet. Termasuk makanan basah karena hanya tahan satu minggu, kecuali di freezer/cooker. Jenang Mirah makanan khas Ponorogo untuk dihidangkan bersama minuman apapun disantap sambil jagongan/ berbincang bincang dengan sahabat teman dan saudara. Di outlet Jenang Mirah yang buka mulai jam 05.30 - 20.00 WIB di Jalan Raya Ponorogo-Trenggalek Km 7, dekat Pondok Modern Gontor Ponorogo, ada berbagai kue kering yang pas buat oleh-oleh khas Ponorogo.
Gang Sate Sentra Makanan Khas Ponorogo
TAK sulit menemukan santapan sate di Ponorogo, Jawa Timur. Bahkan, sebuah jalan di sana dinamakan gang sate karena dipenuhi dengan ratusan penjual sate ayam.
Adalah Gang Sate yang berada di Kelurahan Nologaten, Kecamatan Ponorogo, Jawa Timur yang sepanjang jalannya dipenuhi puluhan warung makan penjual sate ayam. Meski Lebaran usai, penggemar kuliner khas Ponorogo ini masih memadati warung.
Salah satu warung sate ayam yang terkenal adalah warung makan Tukri sobikun. Di warung ini, pengunjung bisa menikmati sepiring sate ayam dan lontong/ dengan harga terjangkau, namun dengan rasa gurih, daging yang lembut, dan sambal tidak terlalu pedas.
Ketenaran warung sate ayam ini tidak hanya di Ponorogo. Sate ayam ini menjadi langganan dari Istana Negara sejak jaman Presiden Soekarno. Kini, foto kunjungan Presiden SBY dipampang di dinding rumah makan ini.
Sate ayam ini berbeda dengan sate ayam pada umumnya. Bila sate ayam umumnya dipotong-potong kecil lalu ditusuk berjajar, tapi di warung makan ini, daging ayam dipotong kecil memanjang, kemudian ditusuk. Satu tusuk hanya terdiri dari satu potongan kecil memanjang.
Sate dihidangkan bersama lontong dan disiram bumbu yang terbuat dari kacang dan bawang yang sudah ditumbuk halus. Resep unik inilah yang menjadikan sate ayam Tukri Sobikun bisa bertahan lebih dari tiga generasi.
Tukri, penjual sate ayam saat ini adalah cucu dari Sobikun yang berjualan sate saat jaman Belanda. Saat Lebaran kemarin, warung sate ini kewalahan melayani pembeli. Sebanyak 500 ekor ayam dipotong tiap hari/ ntuk diolah menjadi 30 ribu tusuk sate. Pengnjung juga bisa membawa pulang sate ayam ini sebagai oleh-oleh Lebaran karena bertahan hingga tiga hari.
Penasaran dengan Gang Sate? Tak ada salahnya singgah di Gang Sate, Ponorogo,
Adalah Gang Sate yang berada di Kelurahan Nologaten, Kecamatan Ponorogo, Jawa Timur yang sepanjang jalannya dipenuhi puluhan warung makan penjual sate ayam. Meski Lebaran usai, penggemar kuliner khas Ponorogo ini masih memadati warung.
Salah satu warung sate ayam yang terkenal adalah warung makan Tukri sobikun. Di warung ini, pengunjung bisa menikmati sepiring sate ayam dan lontong/ dengan harga terjangkau, namun dengan rasa gurih, daging yang lembut, dan sambal tidak terlalu pedas.
Ketenaran warung sate ayam ini tidak hanya di Ponorogo. Sate ayam ini menjadi langganan dari Istana Negara sejak jaman Presiden Soekarno. Kini, foto kunjungan Presiden SBY dipampang di dinding rumah makan ini.
Sate ayam ini berbeda dengan sate ayam pada umumnya. Bila sate ayam umumnya dipotong-potong kecil lalu ditusuk berjajar, tapi di warung makan ini, daging ayam dipotong kecil memanjang, kemudian ditusuk. Satu tusuk hanya terdiri dari satu potongan kecil memanjang.
Sate dihidangkan bersama lontong dan disiram bumbu yang terbuat dari kacang dan bawang yang sudah ditumbuk halus. Resep unik inilah yang menjadikan sate ayam Tukri Sobikun bisa bertahan lebih dari tiga generasi.
Tukri, penjual sate ayam saat ini adalah cucu dari Sobikun yang berjualan sate saat jaman Belanda. Saat Lebaran kemarin, warung sate ini kewalahan melayani pembeli. Sebanyak 500 ekor ayam dipotong tiap hari/ ntuk diolah menjadi 30 ribu tusuk sate. Pengnjung juga bisa membawa pulang sate ayam ini sebagai oleh-oleh Lebaran karena bertahan hingga tiga hari.
Penasaran dengan Gang Sate? Tak ada salahnya singgah di Gang Sate, Ponorogo,
enake..
BalasHapus